Minggu, 30 Agustus 2009

BUTA

Malam telah mulai berpagi
Awan timur mulai merah
Pertanda pagi mulai mengganti
Mata tidak melihat
Karena hanya mendengar seruan Adzan subuh
Dan otak muali mengira – ira



Namun apakah aku akan bangun
Sedangkan mata tidak terbuka
Hanya otak yang sering kira
Hanyapun telinga yang sering mendengar
Namun tidak tahu nyata.

Pagi butapun tidak mampu terlihat
Mata butaku tidak mampu meraba embun
Kelopak tertutup rapat
Air mengalir begitu derasnya
Berteriakpun membabi – buta

Aku tidak pernah lelah berprasangka
Akupun tidak letih mencari senja
Tongkat telah menghantam di telapak tanganku
Dan aku harus berjalan lagi
Bersama tongkat kayu cendana
Yang hanya warisan dari orang – orang yang pernah buta

Aku tidak melihat isi dunia
Entah elok, indah, ataupun berantakan
Akupun tidak melangkah lebih jauh
Selagi jurang belum menghadang

Walau tidak ku lihat alam raya
Aku merasakan hembusan anging
Di bawah pohon – pohon yang ku kira besar dan ayom
Di atas rerumputan yang ku rasa masih hijau
Dan aku juga merasakan sinaran matahari
Aku juga masih menginginkan lagi hidup dunia yang indah

Andai bila nampak
Andai pula buta tidak meraja di pucuk tongkatku
Aku akan merubah dunia
Menjadi keindahan alam kedua manusia
Akupun tetap tidak melihat
Meski selalu berharap
Namun akan aku perbaiki dunia
Akan aku jelajahi pula pepohonannya
Akan aku sirami dengan ratapan perihku
Akan aku tampakkan pula hijau – hijauan yang merata
Namun andai aku tidak buta
Tapi aku buta
Dan aku harus tetap menjalani ribuan kata - kata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar